Minggu, 17 Juni 2012

Membandingkan Prinsip Biaya Historis dengan Akuntansi Nilai Wajar


 Historical Cost Principle adalah prinsip yang menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva. utang, modal, dan biaya. Yang dimaksud dengan-harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetuiui oleh kedua belah pihak vang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi dalam transaksi di antara dua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh transaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal atau transaksi lainnya.
Sedangkan Fair Value adalah Berdasarkan FASB Concept Statement No.7 dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fair value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar dan tanggal pengukuran (Perdana, 2011).
IAI dalam buletin teknis no.3, Paragraf PA84 manyatakan bahwa: Dasar dari definisi fair value adalah asumsi bahwa entitas merupakan unit yang akan beroperasi selamanya tanpa ada intensi atau keinginan untuk melikuidasi, untuk membatasi secara material skala operasinya atau transaksi dengan persyaratan yang merugikan. Dengandemikian, fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.
Kelemahan historical cost menurut Muljono yang dikutip dari Kodrat (http://www.petra.ac.id/~puslit/journals) antara lain: 
  1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut, 
  2. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai persahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang tepat,
  3.  Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan laba dihitung terlalu besar, 
  4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung, 
  5. Perusahaan tidak akan memperahankan real-capital-nya dan ada kecenderungan terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya, 
  6. Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi satu dan 
  7. Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi adanya stable monetary unit.

Kelebihan Historical cost: 
  1. Historical cost relevan dalam membuat keputusan ekonomi 
  2. Historical cost berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan.
  3. Selama sejarah, laporan keuangan yang menggunakan historical cost sangat berguna. 
  4. Pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan adalah kelebihan dari harga jual dari historical cost.
  5.  Akuntan harus menjaga integritas datanya dari modifikasi internal 
  6. Seberapa bergunanya laporan keuangan tergantung dari current cost atau exit price 
  7. Perubahan dalam harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.Terjadi ketidakcukupan data dalam membenarkan penolakan historical cost accounting.
Kelemahan Fair Value
Menurut Tim Krumwiede (2008;38) terdapat berapa kritik penting terhadap fair value: 
  1.  Meskipun bermaksud baik namun perkiraan manajemen tentang fair value bisa menjadi salah pada luas berbagai prediksi dan asumsi yang salah. 
  2. Oportunistik dan ketidakjujuran manajemen dapat mengambil keuntungan dari penilaian dan estimasi yang digunakan dalam proses manipulasi dan mengurutkan angka pada hasil dalam angka pendapatan yang diinginkan.

Kelebihan Fair Value
Penman (2007;33) mengemukakan argument mengenai kelebihan dari Fair Value:
  1. Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan biaya, maka melaporkan fair value 
  2. Dengan berlalunya waktu, harga historis jadinya tidak relevan di dalam menaksir posisi keuangan suatu entitas. Harga menyediakan informasi terbaru sekitar nilai dari aset-aset. 
  3. Akuntansi fair value melaporkan aset dan kewajiban dalam cara yang ekonomis akan memperhatikan mereka; fair value mencerminkan unsur pokok ekonomi yang benar. 
  4. Akuntansi fair value melaporkan economic income: seturut diterima secara luas defenisi Hicksian dari pendapatan sebagai perubahan dalam kekayaan, perubahan dalam fair value dari aset bersih pada neraca menghasilkan pendapatan. Akuntansi fair value adalah solusi kepada permasalahan akuntan dalam pengukuran pendapatan, dan lebih disukai dibanding ratusan peraturan yang mendasari pendapatan historical cost 
  5. Fair value adalah penukuran berbasis pasar yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor khusus untuk entitas tertentu; secara setimpal itu menunjukkan satu pengukuran yang tidak bisa yang konsisten dari periode ke periode dan lintas entitas.

1 komentar:

CalvinNMC mengatakan...

Makasih ya saya jadi bisa kerja Tugas semalam dari Baca Artikel kamu.!

Posting Komentar